Kelinci Hias : Yang Menggemaskan Yang Menguntungkan


Kelinci Hias : Yang Menggemaskan Yang Menguntungkan

Sebuah hoby bisa saja menjadi sangat menghasilkan untuk menafkahi keluarga. Momen saat ini dengan tenarnya kelinci sebagai hewan peliharaan dan juga daging konsumsi bisa menjadi peluang setiap pengusaha. Ternak yang lumayan mudah dan menjanjikan. Artikel dari majalah pengusaha muslim edisi perdana ini memberikan contoh nyata kesuksesan seorang peternak kelinci sangat layak untuk kita ambil pelajaran darinya.

***

Bukan soal menggemaskan saja, bila dikonsumsi daging kelinci pun terbilang enak. Baik disate, digulai, diopor maupun digoreng. Tak mengherankan bila banyak sekali bermunculan peternak kelinci pedaging. Sementara di tangan orang-orang kreatif, bulu kelinci juga bisa dimanfaatkan untuk topi, boneka dan aneka hiasan.

Kini, tidak hanya daging yang enak disantap atau hiasan bulu yang lembut yang bisa dimanfaatkan. Kelinci juga bisa dijadikan ‘mesin’ bisnis lain yang menggiurkan. Ya, kelinci hias. Sebagai kelinci hias, tentu ada
perbedaan dari sisi perlakuan. Jangan heran bila dari perbedaan perlakuan tersebut membedakan pula nilai jual dari si kelinci. Aspek fisik semisal bulu, warna dan bentuk menjadi pathokan yang utama.

Simak saja pengakuan Farid Muhammad, Pengasuh Pondok Pesantren Ridho Allah Kauman, Kaloran, Temanggung, Jawa Tengah. Sejak beternak tahun 2003, Farid telah merogoh kocek sebesar Rp 6-7 juta sebagai modal awal untuk pembuatan kandang berukuran 9 x 6 meter berplester semen. Kandang tersebut disekat menjadi 70 ruangan. Sementara untuk induk kelinci, Farid mengambil indukan dari Parangpong, Jawa Barat. Sekaligus menimba ilmu di sana yang memang dikenal salah satu sentra peternak kelinci hias. “Yang penting adalah pemeliharaan kesehatan dan menjaga gen indukan yang masih murni,” paparnya.

Sampai saat ini Farid telah memiliki beragam indukan dari berbagai jenis, mulai Rex Polos, Rex Totol, Angora, Flensh, Giant, Fauzy Lop, Holand Lop, hingga Dutch. Sayangnya untuk jenis misal Holand Lop atau Rex Totol produksi anakannya tak bisa maksimal, lantaran rentan terhadap kematian. Padahal, lanjut Farid, jenis tersebut banyak digemari.

Tidak adanya standar harga pasar, menjadikan Farid harus menentukan sendiri. Tentu harga ini akan berubah bergantung kemaun pasar yang selalu bergerak. Sebagai contoh, untuk harga kelinci dari jenis New Zeland berumur sebulan. Farid membandrolnya antara Rp 12.500 – Rp 20.000. Jenis Rex dan Fauzy Lop berumur sebulan Rp 80.000 – Rp 120.000. Sementara untuk indukannya bisa mencapai Rp 300.000. Mahalnya harga tersebut lantaran warna dan bentuk yang menarik.

Soal urin? Jangan khawatir. Anda bisa memanfaatkan sebagai pupuk maupun menyemprot hama. Sampai saat ini, Farid masih menjadikan ternak kelinci hias sebagai usaha pribadi. “Usaha ini juga kita jadikan pendidikankewirausahaan bagi para santri,” pungkas pria kelahiran 1978 tersebut. Nah, Anda tertarik? Silakan mencoba! (Tri Angga)

No comments:

Post a Comment