Budidaya Garut : Potensi Bisnis Minim Peminat


Budidaya Garut : Potensi Bisnis Minim Peminat

Budidaya tanaman belakangan ini sangat populer dan menjajikan untuk menjadi sebuah komoditi. Salah satunya adalah tanaman garut yang seluk beluk tentangnya di ulas di majalah Pengusaha Muslim berikut ini. Dilengkapi dengan kisah sukses seorang pengusaha yang berkecimpung didalamnya.

***

Bersyukurlah Anda yang dianugrahi Allah berupa kekayaan berupa pekarangan atau kebun yang luas.
Sebab, itu pertanda Allah percaya kepada Anda untuk menjaga satu diantara sekian amanah sekaligus
kenikmatan dari Allah. Lebih berbahagia lagi bila Anda sudah mampu mengoptimalkan pekarangan
atau kebun tersebut untuk sesuatu yang lebih bermanfaat. Terlebih bila selama ini Anda sengaja
membiarkan pekarangan atau kebun Anda ‘nganggur’.

Budidaya garut. Ya, garut yang  kami maksud adalah Maranta Arudinacea L. Yaitu, jenis umbi-umbian
yang tumbuh di Sumatra, Jawa, Madura hingga Ternate. Atau ada yang mengenal garut dengan
nama ubi saga, sagu belanda, sagu rarut dan maras.

Boleh jadi, selama ini kita menyepelekan jenis umbi-umbian ini. Termasuk dari sisi potensi bisnisnya. Padahal jika kita tahu, budidaya garut yang digarap secara maksimal akan mendatangkan tambahan penghasilan yang
lumayan. Tak percaya? Simak pengalaman Gito Wiyono dari dukuh Brongkol, Argodadi, Sedayu, Bantul,
Yogyakarta ini.

Menurut Gito, banyak manfaat yang didapat dari budidaya garut. Mulai dari emping, bubur bayi, roti,
bahan pembuatan mie hingga untuk kebutuhan farmakologi. Bahkan di kawasan Amerika, tepatnya orang
Indian, perasan akar garut dijadikan obat luka, mengobati bekas tusukan anak panah dan luka gigitan
serangga atau ular. Garut juga bermanfaat bagi obat maag, tipes sampai pelancar program diet. Sayangnya, sampai saat ini, Gito  hanya sebatas memprosesnya jadi emping dan sari pati.

Dari sisi harga jual, Gito mematok Rp 16.000 per kilo untuk jenis emping mentah tanpa bumbu. Emping mentah pedas Rp 17.000 per kilo. Sementara, untuk sari pati garut, Gito menjual dengan harga Rp
17.000. “Harga-harga tersebut tentu akan bergerak sesuai dengan mekanisme pasar. Semisal, pada
lebaran harga otomastis akan naik,” paparnya. Harga pun diperkirakan akan terus melambung, seiring
dengan kebijakan pemerintah tentang konsep ‘back to nature’. Artinya, mengajak mengkonsumsi
makanan tradisional atau hasil bumi yang lebih menyehatkan.

Pria yang menanam garut sejak tahun 70-an ini mengaku sampai saat ini, produksi garut hanya cukup memenuhi Kelurahan Argodadi. Praktis, untuk pasar yang lebih luas, di luar Argodadi atau malah Yogyakarta, stok produk garut sangatlah minim. Itu pun beredar di pasar-pasar tradisional. Mimpi Gito, bagaimana garut mampu menembus pasar modern ala supermarker dan yang sejenis. “Ini menunjukkan bahwa pasar garut masih terbuka lebar,” lanjut Gito.

Pembudidayaan garut terbilang mudah. Garut cukup  ditanam di antara kebun singkong, ubi jalar dan talas. Detail budidayanya, Anda cukup menyiapkan tanah lalu diolah sampai gembur serta bebaskan dari
gulma. Buatlah bedengan dengan lebar 120 cm dan tinggi 25 cm - 30 cm dengan panjang sesuai kondisi
lahan. Jarak antar bedengan 30 cm. Lubang tanam, antara kedalaman dan panjang sekitar 5-10 cm dengan
jarak tanam 25-30 cm. Buat juga parit pembuangan air mengitari lahan. Sebagai tambahan, garut
tumbuh ideal pada ketinggian 600- 1000 m dpl dengan tingkat keasaman tanah 5,5-7,0, suhu 22-23 derajat
celcius. Kelembaban udara berkisar 50-80%, di mana sinar matahari 40- 60%. Adapun curah hujan minimal
1.500-2.000 mm/tahun.

Tanaman garut memiliki toleransi tinggi terhadap kondisi lahan dan tanaman lain. Meski ditanam bersamaan dengan sistem tumpang sari. Untuk soal pupuk, baiknya menggunakan pupuk organik. Pasalnya, tingkat panen akan lebih tinggi. Untuk setiap satu meter persegi lahan mampu menghasilkan 1,5 kg garut. “Bila
menggunakan pupuk kimia hasilnya lebih rendah,0,5 kilo ” Gito menjelaskan.

Sebagai gambaran, pemberian pupuk ada beberapa jenis. Pada waktu pengolahan tanah, gunakan pupuk organik sebanyak 1 ton/ hektar. Jenis SP 36 diberikan pada masa tanam atau sebagai pupuk dasar sebanyak 30 kg/hektar. Saat mencapai usia 3,5 bulan, diberikan pupuk urea dan Kcl sebanyak 30 kg/ hektar. “Harga bibit garut pun terbilang murah dan sekali tanam bisa untuk bertahun-tahun,” kata Gito sembari mengaku pada tahun 2007 lalu mampu menjual 4 ton bibit garut. Hebatnya lagi, bibit garut dapat diperbanyak secara vegetatif.Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, lanjut Gito, garut dipanen pada usia sepuluh bulan.
(Herbayu)

Tips Budidaya Garut

Pilih bibit garut yang segar dan gemuk dengan panjang 4-7 cm serta memiliki mata tunas 2-4 buah. Bibit kelas terbaik untuk satu hektare biasanya membutuhkan 8-9 kuintal, kelas sedang 6-7 kuintal dan kelas terendah 6 kuintal. Satu lubang ditanami satu bibit. Diantara tanaman garut boleh pula ditanami tumbuhan seperti kacang panjang atau jagung. Masa tanam baiknya dilakukan awal musim hujan (normalnya Oktober). Penelitian membuktikan penggunaan pupuk organik lebih memberi hasil yang lebih baik.

1 comment:

  1. Selamat siang , boleh minta contact person sdr Gito?

    ReplyDelete