NIAT LURUS BISNIS MULUS


Oleh: Ustadz Abu Ahmad Zaenal Abidin Syamsuddin (Majalah PM vol 1)

Ibadah sering dijadikan sebagai tujuan utama seorang pengusaha muslim dalam merintis kegiatan bisnisnya. Cita-cita mereka bila bisnisnya lancar akan memenuhi nafkah keluarga, menunaikan haji, berinfak, menyantuni fakir miskin dan anak-anak yatim, bersilaturahim kepada orang tua maupun kerabat dan bentuk amal sholih lainnya yang berkaitan dengan harta. Namun, tidak jarang para pembisnis berubah niat saat mulai memetik hasil bisnisnya, bahkan kedekatannya kepada Allah mulai berkurang, hadir ke taklimnya mulai jarang, aktifitas ibadah mulai kendor, silaturahmi ke orang tua, kerabat dan sahabat mulai terlupakan, sehingga ibadah yang menjadi tujuan utama dalam bisnisnya mulai pudar. Yang ada hanya memikirkan bagaimana menghadapi persaingan bisnis atau bagaimana agar bisnisnya bisa berkembang dan maju pesat.



Untuk menghindari kondisi tersebut, maka para pengusaha muslim harus tetap konsisten dan istiqomah dalam menjaga keikhlasan dalam menjalankan roda bisnisnya. Yakni, dengan cara mengkontrol dari sisi syariat. Karena hal itu merupakan akhlak paling mulia, pondasi dasar dalam bisnis, pilar utama setiap amal shalih, bukti akal cemerlang, cermin kewibawaan, adanya cita-cita yang tinggi, dan hadirnya kebahagiaan.


Allah berfirman dalam Al Qur’an Surat Az Zumar Ayat 2 yang artinya: “Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu kitab (Al Qur’an) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya,”


Keberhasilan bisnis tidak bisa dinilai hanya dengan luasnya jaringan, terbukanya pangsa pasar, banyaknya pelanggan, atau besarnya keuntungan yang didapat. Tetapi yang menjadi penentu utama kesuksesan adalah keikhlasan niat dalam berbisnis dan tidak menyelisihi Sunnah Nabi dalam setiap kegiatan hidup. Nabi bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak menerima amalan, kecuali yang dilakukan karena Allah dan hanya mencari wajah Allah,” 1


Ikhlas tidak hanya diwajibkan dalam praktik ibadah seperti shalat, membaca Al Qur’an, berdakwah, bersedekah, berpuasa dan beribadah haji sebagaimana yang dipahami oleh sebagian orang. Ikhlas juga diwajibkan dalam semua bentuk amal shalih, seperti berbakti kepada orang tua, belajar, mencari nafkah, berkunjung ke rumah tetangga, bersilaturahmi ke kerabat, dan sebagainya. Bahkan, semua perbuatan yang dicintai dan diridhai Allah harus dilakukan dengan ikhlas. Termasuk ketika seorang sedang berbisnis.


Ikhlas dalam berbisnis adalah berusaha mencari rezeki karena Allah. Bukan karena mencari popularitas di tengah masyarakat atau mencari status sosial di mata manusia. Sebagaimana Allah berfirman: “Katakanlah: Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam,” (QS.Al
An’am: 162)


Fudhail bin Iyadh berkata: “Beramal karena manusia adalah syirik dan meninggalkan amalan karena manusia
adalah riya‘, sedangkan ikhlas adalah bila Allah memelihara Anda dari keduanya”. 2


Ketika keikhlasan mewarnai setiap kegiatan hidup pengusaha muslim, ia akan tetap istiqomah di tengah badai
fitnah dan tetap stabil dalam gelombang krisis. Abu Bakar as Shiddiq tidak mengungguli kita karena banyaknya shalat dan puasa, akan tetapi karena keimanan yang tertanam dalam hatinya dan keikhlasannya kepada Allah, sehingga Ibnu Mubarak berkata: “Berapa banyak amalan kecil menjadi besar karena niat (yang benar) dan berapa banyak amalan yang besar menjadi kecil akibat niat (yang salah).3


Apabila seorang pengusaha muslim mengikhlaskan niatnya saat menekuni bisnis, maka akan mendapatkan
pahala berlipat ganda. Simaklah kisah seorang pelacur bani Israil yang pekerjaannya berzina, tatkala ia melakukan amalan yang remeh dari pandangan manusia, yaitu memberi minum seekor anjing kemudian Allah mengampuni dosanya padahal ia seorang pelacur. Nabi bersabda: “Suatu ketika ada seekor anjing yang berputar-putar di sekitar sumur hampir saja ia mati kehausan. Tatkala seorang pelacur dari bani Israil melihatnya, maka wanita itu serta merta menanggalkan sepatunya lalu mengambil air dari sumur dengannya dan memberi minum anjing tersebut dan Allah pun mengampuni dosanya karena itu,” 4


Ketika seorang pengusaha muslim telah dikarunia keikhlasan dalam berusaha, maka akan senantiasa terhindar dari segala kemaksiatan dan penyimpangan sebagaimana firman Allah: “Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang mukhlas (terpilih).” (QS.Yusuf: 24)


Keikhlasan akan membuahkan ketenangan dalam hati, kebahagiaan dalam jiwa, ketentraman dalam batin dan tidak peduli akan hinaan orang sebagaimana sabda Nabi: “Ada tiga perkara yang membuat hati seorang mukmin tidak gampang kesal: ikhlas beramal karena Allah, memberi nasehat kepada para pemimpin kaum muslimin dan tetap bersama jamaah mereka,”5


Keikhlasan bisa memberi pengaruh dahsyat dalam membentuk ketangguhan mental dan kepribadian. Terutama saat seorang pengusaha muslim menghadapi kegagalan atau kerugian bisnis, sehingga tetap bisa tersenyum dan berlapang dada di tengah beratnya cobaan dan besarnya kemelut yang menyerangnya. Keikhlasan mampu merubah status seseorang yang biasa menjadi luar biasa.


Footnotes
1 . Hasan diriwayatkan Imam an-Nasa’i dalam Sunannya (3140) dan Imam at-Thabrani (7628) dan dihasankan Zainuddin al-Iraqi dalam takhrijnya Ihya (4/ 384).
2 . Lihat Hilyatul Auliya, (11487), 8/98.
3 . Lihat Jamiul Ulum wal Hikam, Ibnu Rajab, 1/ 71.
4. Shahih diriwayatkan Imam Bukhari dalam Shahihnya (3467) dan Imam Muslim dalam Shahihnya (2245).
5 . Shahih dikeluarkan Imam Ibnu Majah dalam Sunannya (230).




No comments:

Post a Comment