BISNIS EKSIS SAAT BADAI KRISIS

BISNIS EKSIS SAAT BADAI KRISIS
Eksistensi suatu bisnis memang sebuah tantangan yang menarik dalam dunia entrepreneurship. Eksistensi ini sering lebih menantang daripada memulai suatu bisnis. Hal ini karena persaingan yang bebas saat ini tengah bergulir dengan derasnya. Faktor eksternal lain seperti krisis juga telah menjadi sejarah panjang tantangan eksistensi ini. Artikel majalah pengusaha muslim edisi 2 volume 1 ini sangat bermanfaat untuk menambah wawasan kita tentang eksistensi dan krisis.

***

Tidak ada satu negara pun di dunia ini yang kebal krisis ekonomi. Amerika yang dikenal sebagai negara digdaya yang juga menjadi tempat berkantornya Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) dan Bank Dunia pun merasakan krisis seperti yang dialami Indonesia.

Malah, nilai kerugian akibat krisis keuangan di AS jauh lebih besar. Dampaknya juga lebih luas dibandingkan krisis di Indonesia tahun 1998 lalu. Krisis memang akan selalu datang dan pergi disiklus kehidupan berbisnis,seperti layaknya hukum alam.

Fenomena lumrah ketika krisis melanda ialah nilai mata uang jatuh dan harga melambung tinggi, sehingga mengakibatkan produksi menjadi terseok-seok. Bahkan sebagian industri berhenti beroperasi. Daya beli masyarakat terhadap program tertentu pun ikut terjun bebas. Biaya produksi dan pengeluaran lainnya dibatasi hingga seminimal mungkin. Sementara disaat yang sama, pegawai didorong untuk “menghasilkan” hingga titik maksimal. Ujung-ujungnya, genderang merumahkan karyawan pun ditabuh. Permasalahan kian rumit ketika, serikat pekerja bersiap-siap dengan unjuk rasa pesangon atau kenaikan gaji.

Beruntung, Indonesia menjadi satu dari tiga negara di dunia yang mampu bertahan dari terpaan krisis ekonomi global. Kuncinya, perekonomian nasional ditopang oleh usaha kecil dan menengah (UKM) yang masih menggeliat saat krisis. Berkat UKM perekonomian nasional masih tumbuh positif. Dari data yang dimiliki Depdag, 90 persen kegiatan usaha di Indonesia ternyata ditopang oleh UKM. Diwaktu kondisi ekonomi tidak terkendali, perekonomian Indonesia tetap tumbuh walau tidak besar. Yakni, 3-4 persen karena ditopang UKM.

Pun demikian, harus diakui, badai krisis telah membawa konsekuensi tersendiri bagi dunai bisnis. Salah satunya ialah banyaknya bisnis yang bertumbangan. Tapi, bukan berarti semua bisnis akan terseret krisis lantas kolaps. Tetap saja ada bisnis yang eksis, meski membutuhkan perhatian yang ekstra. Boleh jadi jenis bisnis tersebut sebenarnya dapat hancur oleh krisis, namun lantaran pebisnisnya tahan banting maka bisnisnya tetap kuat bertahan. Atau, sebenarnya bisnis tersebut kena imbas dari krisis, namun ketika ketergantungan pasar sangat tinggi terhadap bisnis tersebut maka tetap saja bisa bertahan. Memang, masing-masing pebisnis memiliki reaksi yang berbeda-beda kala krisis melanda. Namun, dari semua reaksi itu, hanya ada dua hasil yang akan diterima, yaitu kesuksesan atau kegagalan!

Membicaran krisis tentu sangat penting. Namun, jauh dari itu bagaimana sikap yang seharusnya bisa dilakukan saat menghadapi masa-masa krisis itulah yang lebih penting. Termasuk bagaimana memaknai krisis itu sendiri. Sebagaimana pepatah bijak mengatakan “kita tidak bisa mengendalikan angin, tetapi kita bisa mengendalikan perahu yang kita tumpangi”. Krisis global merupakan kondisi yang penuh ketidakpastian, karena tidak dapat memprediksi secara pasti mengenai apa yang terjadi dimasa depan. Bisnis yang masih eksis saat ini tidak menjadi jaminan bahwa bisa terus going concern atau terus eksis. Karena itu, menghadapi krisis memerlukan penyikapan yang ekstra. Semisal, mengembangkan strategi baru. Mengingat setiap krisis memberi dampak yang berbeda, sehingga bisnis jelas membutuhkan strategi baru yang lebih relevan. Di samping mencari celah adanya peluang-peluang baru.

Atau melakukan restrukturisasi. Krisis global yang memukul begitu kuat bukan tidak mungkin memojokkan
bisnis, sehingga perlu untuk melakukan restrukturisasi. Yakni, merupakan upaya mengorganisasi dan menstruktur ulang bisnis Anda supaya bisa kembali mencetak untung. Talent management juga merupakan hal yang tidak boleh terlupakan, sekalipun dalam kondisi krisis. Krisis berpotensi untuk menurunkan semangat dan produktivitas karyawan, sehingga perusahaan harus menjalankan upaya-upaya positif demi mempertahankan karyawan, seperti reward dan recognition yang sesuai. Melalui talent management yang baik, diharapkan karyawan dapat memberikan pelayanan yang baik juga terhadap pelanggan.

Ketidakpastian kondisi perekonomian global juga menjadi tantangan tersendiri bagi pemimpin bisnis. Oleh karena itu, dibutuhkan scenario planning untuk mengukur risiko-risiko apa saja yang mungkin terjadi dimasa depan. Ketika peristiwa tersebut benar terjadi, maka dapat diambil keputusan yang tepat. Dengan fokus ada kekuatan dan peluang yang ada serta tonggak kepemimpinan yang kuat, maka bisnis akan dapat bertahan, meskipun perekonomian sedang dirundung krisis. Tentu, masih banyak cara dan strategi yang bisa dilakukan untuk menyiasati bisnis agar tetap eksis dikala krisis.

Hanya saja, sebenarnya di tengah badai krisis yang melanda ada hikmah yang bisa diambil. Yakni, menemukan celah peluang bisnis yang sekiranya memiliki daya ketahanan yang kuat disaat krisis melanda. Minimal, bisnis tetap eksis meski imbas krisis memberi pengaruh negatif. Apa jenis bisnis tersebut? Yang pasti bisnis yang terkait kebutuhan dengan masyarakat. Dengan kata lain, ketergantungan masyarakat
akan produk dari bisnis tersebut akan selalu ada, walapun disaat krisis . Bahkan, inilah dasar bisnis yang paling dianjurkan. Pasalnya, orang akan mudah dan rela mengeluarkan uangnya untuk sesuatu yang dibutuhkannya. Tapi, jangan sampai situasi krisis justru dijadikan sarana untuk mengeruk keuntungan dengan cara dholim. Artinya, memanfaatkan keadaan yang sulit dengan memainkan harga yang terlalu ekstrem.

Contoh bisnis tersebut ialah bisnis pendidikan, kesehatan, IT/telekomunikasi, kuliner (makanan), dan consumer goods (kebutuhan pokok). Tentu masih ada beberapa jenis bisnis lain yang juga tahan krisis. Lima bisnis tersebut hampir dipastikan pasar membutuhkannya. Sebab, menjadi kebutuhan primer yang bisa dibilang harus segera dipenuhi kepemilikannya. Tak peduli situasi perekonomian stabil atau krisis. Masyarakat akan tetap berusaha mendapatkan kebutuhan tersebut. Bahkan, kadang harus rela berhutang untuk mendapatkannya.

Sebagai gambaran saja, bisnis di sektor pendidikan. Kebutuhan bagi pendidikan sebagai bekal untuk meningkatkan kualitas hidup, jelas penting untuk segera dipenuhi. Pendidikan di sini termasuk berkaitan dengan pendidian ketrampilan. Di saat kompetisi dunia kerja semakin ketat, kualitas pendidikan jelas menjadi pertaruhan yang tak terelakkan. Hampir bisa dipastikan, kompetisi akan selalu dimenangkan oleh orangorang yang siap ilmu dan keterampilan. Terkecuali bila Anda memutuskan diri untuk selalu menerima setiap kekalahan dalam kompetisi tanpa adanya ikhtiar sebelumnya. Ketika semua orang telah menyadari sepenuhnya arti penting pendidikan, maka tren bisnis di jalur ini grafiknya akan terus meningkat. Pada gilirannya, Anda pun masih memiliki kesempatan untuk memilih bisnis ini. Banyak varian bisnis di lini ini. Semisal mendirikan lembaga-lembaga ketrampilan atau kursus hingga pendidikan untuk anak usia dini.

Prospek cerah juga ditunjukkan dari bisnis yang terkait dengan dunia kesehatan. Dalam kondisi sulit pun, ketergantungan pasar akan kebutuhan kesehatan tetap berlangsung. Kesehatan akan tetap menjadi kebutuhanyang menjadi prioritas manusia. Kebutuhan kesehatan ini bukan saja terkait dengan soal mencari sembuh, namun juga termasuk pada ranah penjegahan penyakit atau preventif. Malah ketika kesehatan telah menjadi bagian dari gaya hidup, masyarakat akan semakin peduli dengan perawatan diri. Misal, masyarakat yang berusia produktif (37-55 tahun) mereka ingin lebih sehat, (feel healthier), memperbaiki penampilan (look better), atau memperlambat penuaan (slow down aging). Mereka tidak rela penyakit mencuri usia produktifnya. Ceruk untung pun bisa didulang dari bisnis ini. Semisal mendirikan apotek, klinik kesehatan-kecantikan, rumah sakit, sanggar kebugaran, atau mengambil jalur perdagangan obat tradisional yang akhir-akhir ini makin laris manis; herbal atau jamu-jamuan. Pilihan-pilihan dari sektor bisnis kesehatan ini pun, dipastikan akan tetap memiliki pasar.

Pun halnya dengan sektor bisnis IT/komunikasi, kuliner (makanan) dan consumer goods atau kebutuhan pokok. Masing-masing tetap dibutuhkan dan dicari masyarakat. Oleh sebab itu, bisnis di sektor-sektor ini selalu bisa bertahan dalam situasi apapun. Malah bisa bersaing ketat. Singkatnya, bisa dikatakan bisnis-bisnis jenis di atas relatif lebih tangguh dibanding dengan jenis bisnis lain. Sekali lagi, meski jenis bisnis tersebut tangguh hanya saja semua berpulang pada pengelolanya. Jenis bisnis boleh saja tahan krisis, namun jika pengelolanya tidak tahan banting maka akan sama saja.

Justru dalam kondisi krisis inilah, kemampuan pebisnis diuji. Bagaimana mengendalikan bisnis yang diancam badai krisis. Sekalipun terdapat bisnis yang produknya senantiasa dibutuhkan oleh konsumen, tapi kegigihan seorang pebisnis untuk berusaha, menjadi syarat bagi keberlangsungan bisnis. Bila tidak bisa menyikapi dengan bijak, bukan tidak mungkin bisnisnya akan jatuh. Salah satu kuncinya ialah tahan banting. Bila syarat ini belum dipenuhi, maka seseorang belum menjadi pebisnis sesungguhnya. Karena, seorang pebisnis akan menghadapi fase sukses dan gagal. Siklus yang akan menjadi hal tidak bisa dihindari. Maka, seorang pebisnis harus belajar untuk senantiasa mampu mempertahankan bisnisnya walau dalam terjangan berbagai masalah.

Banyak cara memupuk bekal Anda agar menjadi pebisnis yang tangguh, ulet dan tahan uji. Memperluas cakrawala pengetahuan sebelum memulai bisnis, menjadi syarat mutlak yang tak mungkin dihindari. Mengasah diri dengan berbagai ketrampilan sekaligus sharing dengan para pebisnis yang berpengalaman adalah bekal yang riil dibutuhkan. Selain itu, membina jaringan kerja atau networking dengan berbagai sektor, yang terkait maupun tidak, pada bisnis yang akan ditekuni. Jaringan kerja ini akan memiliki peran yang signifikan bagi kepentingan dunia bisnis. Tentu masih banyak cara atau bekal yang bisa dipelajari guna menjadi seorang pebisnis yang tangguh. Dan itu semua dapat Anda pelajari dalam berbagai literatur yang bisa dijumpai di media, bukubuku, atau jurnal-jurnal. Berguru langsung dengan pengusaha yang berpengalaman di dunia bisnis pun lebih afdol. Tinggal sejauhmana kemauan Anda untuk bertanggung jawab atas pilihan yang telah Anda tetapkan. Menjadi seorang pengusaha.

Setelah Anda cukup bekal, maka gilirannya adalah  menentukan jenis bisnis yang sekiranya bisa Anda  jalankan. Syukur-syukur, bisnis tersebut memiliki daya tahan yang kuat terhadap situasi apapun. Dan pasar memiliki ketergantungan berkelanjutan atas produk yang Anda jual. Oleh karenanya, dalam menentukan pilihan bisnis tersebut bisa dengan memperhatikan masalah dan kebutuhan masyarakat. Bisnis dengan target orang lain sebagai pangsa pasarnya, tentu wajib bersinggungan dengan kebutuhan pangsa pasar itu sendiri. Jadi, sangat wajar bila melihat peluang bisnis dari apa yang dibutuhkan masyarakat. Artinya, kebutuhan yang memiliki kerelatifan sifat jangka panjang dan memiliki ketahanan maksimal dalam kondisi apapun.

Membangun bisnis yang tahan krisis memang tak mudah. Dalam beberapa literatur yang ada, banyak syarat yang mesti dimiliki untuk membangun bisnis tahan krisis. Baik bagi sosok pengusahanya maupun pilihan usaha atau bisnisnya. Dalam satu pemikiran yang dilontarkan oleh Konosuke Matsushita, seorang pemilik perusahaan elektronik kelas dunia (Matsushita Electronics Industries atau MEI). Ada setidaknya 7
prinsip yang harus dimiliki sebelum membangun bisnis tahan krisis. Diantaranya, kontrubusi pada masyarakat, adil dan jujur, kerjasama dan semangat tim, upya tak kenal lelah untuk perbaikan, sopan dan rendah hati, fleksibel serta bersyukur

Prinsip ini menggabungkan antara karakter pemimpin yang tangguh, kebersamaan tim, humanis namun tidak
meninggalkan kesyukurannya. Buktinya? Ampuh! Di kala krisis melanda pada tahun 1929, perusahaannya tak merumahkan satu pun karywannya. Padahal di saat itu, ada banyak perusahaan yang terpaksa merumahkan karyawannya. Sebut saja General Motor (GM) yang merumahkan karyawannya hampir separuh dari jumlah karyawannya yang berjumlah 92.829 orang. Ketangguhan inilah yang mestinya menjadi
inspirasi bagi Anda. Betapa untuk membangun sebuah bisnis yang tahan krisis mesti berhati-hati dan tidak gegabah. Salah sedikit saja Anda melangkah tanpa perhitungan, maka resiko buruk pun akan Anda alami.

Nah, ketika Anda telah menentukan jenis bisnis tahan krisis lalu literatur mengajarkan Anda untuk menguasai syarat-syarat sebelum berbisnis, tentu Anda telah memiliki gambaran jelas. Menuju kesuksesan di dunia bisnis dengan segala dinamikanya bukan persoalan mudah. Antara kecermatan memilih jenis bisnis, ketangguhan mengelolanya sampai kesiapan mental jika menerima konsekuensi terburuk dari perjalanan bisnisnya. Termasuk dalam ancaman badai krisis. Namun, jangan dijadikan alasan jika krisis sebagai salah satu penghambat atau malah pemberhentian bagi rencana bisnis Anda. Atau menjadi ‘hantu’ yang menakutkan bagi kesuksesan bisnis Anda. Namun, tatap masa depan bisnis Anda dengan keoptimisan. Itulah kuncinya, sekalipun krisis telah menyerang. Sebab, dengan optimis orang dapat melihat peluang disetiap bahaya. (Herbayu/berbagai sumber)

No comments:

Post a Comment